Kisah Tragis Oei Hui Lan, Putri Orang Terkaya di Indonesia' by Agnes Davonar |
I just finished read this book. Buku ini saya beli di Indonesia sehari sebelum saya berangkat ke US. Maksudnya sih buat nemenin saya di pesawat dan transit di Manila selama 8 jam. Tapi akhirnya saya cuma sempet baca buku yang satu lagi (saya beli 2 buku, yang satu novel Kapitan Pedang Panjang by Fira Basuki, one of my favorite author) dan akhirnya baru kesampean baca ini sekarang.
Kenapa saya beli buku ini? Gara-garanya saya inget Raditya Dika (@radityadika) pernah ngetwit tentang si Oei Hui Lan, tokoh utama di buku ini. Jadi si Radit ceritanya lagi ke Malang dan pas di sana dia cerita ada hotel tua namanya Hotel Tugu yang konon angker dan di dalamnya ada salah satu lukisan yang horor banget, yaitu lukisannya si Oei Hui Lan ini. Kalo mau liat, klik sini aja yaa. Saya nggak mau pajang di blog saya, nanti saya ketakutan sendiri. Hehee.. Nah, pas ke Gramedia, saya liat buku ini dan jadi penasaran, apalagi dengan embel-embel 'kisah tragis' dan 'true strory'-nya, jadilah saya beli buku ini.
Jadi buku ini semacam biografinya Oei Hui Lan (1899-1992), menceritakan masa kecilnya sampe dia meninggal. Penulisannya dibuat seperti diary, jadi seolah-olah Hui Lan sendiri yang cerita. Jadi Hui Lan ini adalah putri dari pengusaha Oei Tiong Ham, salah satu orang terkaya pada masa itu di Hindia Belanda (sebutan Indonesia jaman dulu) karena berbagai macam usahanya mulai dari gula sampai opium (waktu itu opium masih diperjualbelikan secara legal). Disebut-sebut keluarga Oei ini punya rumah segede istana di Semarang dan punya 40 pembantu, 50 tukang kebun, dan 2 koki dari Cina dan Eropa. Hui Lan is a clever woman, dia menguasai 4 bahasa sekaligus walaupun dia nggak belajar di sekolah resmi (semacam homeschooling gitu dia). Dia cewek yang sangat berkelas: hobi dandan, hobi belanja, hobi ke salon, hobi pake perhiasan yang mahal-mahal, dan hobi traveling tentunya. Semasa hidupnya dia udah pernah tinggal di banyak negara seperti Inggris, Perancis, Amerika, dan Cina, and London is her favorite place to live. Dia menikah sama Wellington Koo, diplomat asal Cina yang disegani dan akhirnya menjabat sebagai menteri luar negri Cina pada saat itu. Teman-teman Hui Lan juga berasal dari kalangan atas dan orang-orang penting, salah satunya Putri Alice dari Monaco dan dia juga pernah diundang makan malam resmi by Queen Elisabeth.
Well, sepanjang yang saya baca, kehidupan si Hui Lan ini emang glamour banget. Semasa hidupnya dia nggak pernah kekurangan apapun secara materi. Kemanapun dia pindah, dia selalu punya rumah mewah dan mobil mewah. Selalu pake baju bagus dan perhiasan mahal. Bahkan waktu dia masih muda dan tinggal di London, uang sakunya sebulan mencapai 400 poundsterling atau sekitar $2000. Gilee,, gaji saya sebulan aja nggak sampe segitu,, hehee. Dan dia bilang $2000 itu nggak cukup buat hidupnya selama sebulan disana secara dia suka party. Mantep banget dah.. :p
Tapiii,, walaupun dia kaya raya, bisa saya bilang hidupnya nggak bahagia. Mulai dari pernikahannya yang berantakan (suaminya punya selingkuhan dan nikah lagi), hubungannya dengan kakak perempuan dan Ibunya yang kurang akur, dan of course tentang perebutan harta warisan setelah ayahnya meninggal. Btw, Hui Lan cuma punya 1 saudara kandung, tapi saudara tirinya ada sekitar 40-an lebih karena Ayahnya menganut paham poligami dan punya banyak istri. Wew! Selain itu, dari cerita-cerita di buku ini, saya juga ngerasa Hui Lan selalu ngerasa kesepian.
All and all, buku ini bisa dibilang bagus. Banyak hal yang bisa dipelajari, mulai dari sejarah dunia termasuk ada bumbu-bumbu Perang Dunia ke-II sampai budaya dan sejarah orang Cina di Indonesia. Kekurangan buku ini salah satunya masih banyak kata-kata yang salah ketik dan jadi sedikit mengurangi kenyamanan saya membaca. Tapi, secara garis besar lumayan kok buat nambah-nambah pengetahuan. Terus saya juga jadi pengen jalan-jalan ke Hotel Tugu Malang yang banyak menyimpan peninggalan keluarga Oei dan pengen ngeliat lukisan Hui Lan langsung dan merasakan sensasi bulu kudung berdiri kaya yang udah sering diceritain orang-orang, tapi yaa nggak sendirian juga kali yaa,, ;)
Well, dari buku ini juga ada pesan penting yang bisa diambil: being rich is not everything! Bukan berarti tanpa uang sama sekali kita bakalan bisa hidup, tapi walaupun kita kaya raya, punya banyak uang, dan bisa beli apapun yang kita mau, belum tentu pada akhirnya kita akan bahagia. We also need a warm family and good friends to complete our life, so we never feel alone at last. :)
Hasta Manana! :)